Rabu, 11 April 2018

Love or Lust ? Degradasi Moral Remaja Perlu Dicermati !

Saat memberikan pelatihan Blog di balai Kopi Muzzaki pada Bulan Pebruari lalu tiba-tiba telpon berbunyi, tidak ada nama yang tertera dilayar berarti ini no baru. Segera diangkat telpon tersebut karena suasana pelatihan juga lagi jeda. Setelah sekian menit berbicara akhirnya telpon berakhir dan baru diketahui bahwa yang menelpon adalah Kak Dewi dari Komunitas Islam Muslimah Inspiratif ( KIMI ) begitu yang dikatakan. Yang bersangkutan meminta kesediaan untuk menjadi salah satu nara sumber pada seminar yang diselenggarakan oleh KIMI untuk para muslimah di Kota Pontianak. Seminar tersebut mengangkat tema Tentang Love or Lust ? wuiiiih....beraaaat ! Tugggu dulu, karena saya bukanlah orang yang bisa berbicara tentang cinta, pada bagianku membahas tentang Fakta dan Dampak Pergaulan Bebas Bagi Remaja, Naah kalau ini cucok ya.

Sempat puter kepala juga, eeeh maksudnya puter otak untuk memikirkan materi apa nanti yang mau disampaikan. Kalau dari bagian yang dikasi sih yaaa seputar fakta dan data sih. Tapiii....Apa iya langsung to the point ngomongnya, kan gak asik terlalu kaku. Ok...akan saya siapkan materi semenarik mungkin dengan terlebih dahulu bertanya sama si Mbah Google. 

Browing sana sini akhirnya rampung juga materi yang akan disiapkan dan kita tunggu tanggal mainnya !

Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia pada 2010 menunjukkan bahwa 1% anak laki-laki dan 4% anak perempuan di seluruh Indonesia telah melakukan hubungan seksual sebelum usia 13 tahun, beberapa bahkan ketika berusia di bawah 10 tahun ( https://ugm.ac.id/id/berita/12069-perhatian.orang.tua.mencegah.seks.pranikah.pada.remaja )

Catatan Tahunan (CATAHU) 2016 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menunjukkan, angka kekerasan dalam pacaran (KDP) pada tahun 2015 cukup tinggi. Data menunjukkan, ada 2.734 kasus dari total 11.207 kekerasan di ranah personal. Angka ini menguatkan temuan bahwa pelaku kekerasan pada rentang usia 19-24 tahun jumlahnya juga tinggi, di mana pelaku dan korban kekerasan berstatus pacar atau masa awal perkawinan.                                   (http://nasional.kompas.com/read/2016/03/08/07513391 Angka.Kekerasan.dalam.Pacaran.Tinggi.tetapi.UU.Belum.Melindungi)

Fakta-fakta ini menyeramkan ya ....

Tapi itulah realita. Sudah terjadi degradasi Moral dikalangan remaja. Penuruan kualitas akhlak            ( degradasi moral ) dan prilaku remaja saat ini perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh siapapun. Bukan hanya orang tua, guru di sekolah tapi masyarakat dan pemerintah secara luas. Kebiasaan-kebiasaan baik dan etika yang diajarkan oleh orang tua kita dulu-dulu sangat sulit sekali untuk ditemukan saat ini. Yang tampak adalah prilaku apatis. 

Pemerintah begitu gencarnya mengurus prilaku-prilaku Korupsi di Negera ini, Aktivis ramai-ramai menyuarakan tentang HAM dan perlindungan serta pencegahan tindak kekerasan karena semakin maraknya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak terjadi, apalagi ada sebagaian aktivis yang dengan hebatnya pasang badan untuk membela kaum Eljibiti atas nama HAM. Masih ingatkah dengan beberapa anak SMA yang merayakan Kelulusannya dengan Pesta Miras, Narkoba dan Free Sex ? Itulah contoh kasus degradasi moral remaja yang sangat memilukan. Coba diam sebentar, dan runut lagi kenapa semua itu bisa terjadi ?   Kita tidak bisa menutup mata dan telinga seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
 
Iya....Moral Generasi Muda Indonesia sedang diserang dengan arus globaslisai dan Digital. Hantaman Dua hal itu tidak bisa ditolak. Tapi kita masih bisa menyikapinya dengan bijaksana. Penanaman nilai-nilai luhur HARUS terus dilakukan dan diajarkan agar mereka tidak semakin liar dengan kebebasan berekspresi tersebut. Kebebasan tanpa batas akan membawa mereka  kepada kehancuran. Kehancuran mereka adalah kehancuran negara juga. Sebelum semua itu terjadi, mari kita bersama-sama merangkul mereka. Kita ciptakan prototype untuk mereka yang layak untuk diteladani. Iya...diri kita yang sudah secara sadar mengakui itu. Kita Jangan sibuk sendiri, ajak dan kendalikan mereka termasuk anak-anak dan keluarga kita agar bijaksana menjalani hidup di era digital dan mengikuti arus globalisasi ini dengan penuh kesadaran bahwa kita akan MATI. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar