Jumat, 27 Oktober 2017

Surat Cinta Untukmu Sahabat

09.56 0 Comments
Surat Cinta Untukmu Sahabat. Sahabatku,
Semoga saat engkau membaca surat ini, engkau dalam keadaan tersenyum. Karena Allah telah menghadirkan kembali rasa sayang serta KasihNya padamu. rasa yang sama saat kita bersama dulu, menjalani hari – hari penuh lelah, merangkai senyum dalam keletihan. Namun, kita menghimpunnya dalam suasana penuh cinta.

Sahabatku.
Sekali lagi aku menyapamu, untuk sebuah rasa rinduku padamu. Apa kabarmu hari ini? Dari tempat aku menulis surat ini, aku selalu berdoa dalam segenap hatiku, agar engkau di sana tetap teguh dalam keimanan, dan Allah tak pernah hentinya mencurahkan RahmatNya padamu.

Sahabat…
Pernahkah kau berpikir mengapa Allah mempertemukan kita? Adakah semua kenangan indah yang kita alami terjadi begitu saja. Aku tak kuasa membendung butiran cinta bila merenungi semua ini. Semalam di sepertiga malamku, ku curahkan segenap rinduku pada Sang Pemberi Cinta, karena aku tahu padaNya lah bermula rasa rinduku padamu. dan tak lupa sebait doa ku lantunkan di sepertiga malam ku itu, agar kau selalu dalam naunganNya.

Sahabat….
Terakhir kali kala kita akan berpisah saat kau datang menjengukku disini, sebenarnya aku benar – benar tak kuasa melepasmu, kenangan - kenangan manis yang telah lama kita jalin, rasanya terlalu erat untuk diuraikan. Tapi senyummu ketika itu, mengisyaratkan agar aku tetap tabah. Hingga kini bila jiwaku terasa sunyi wajah ceriamu selalu hadir. Seolah engkau benar – benar ada di sampingku. Menghiburku dengan cerita – cerita indah dari syurga, cerita tentang orang – orang yang selalu dikasihi Allah karena saling mencintai karenaNya.

Sahabat…
Suatu kali saat cahaya senja menaungiku di bibir pantai, aku termenung sambil menatap riak – riak air laut yang tenang. membiarkan angin dengan lembutnya menerpa wajahku. Mengusikku, yang kala itu sedang terkenang akan dirimu. Dan butiran beningpun kembali mengalir, sesekali riak – riak air laut menggodaku, menyentuh kakiku yang tak beralas.

Sahabatku, yang jiwamu selalu terpancar cahaya keimanan...
Bila bisa memilih, aku ingin selalu setia bersamamu, mendengarkan cerita – cerita indahmu, atau menghiburmu kala kau sedang berduka. Tapi, aku mengerti bahwa sang Khaliq telah menyiapkan skenario terindahnya untuk kita, sehingga Tak ku risaukan lagi apapun takdir Tuhan tentang kita nantinya, bisa mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku bersyukur karena Allah telah menghadirkan dirimu pada sepotong mozaik hidupku yang singkat ini. Sepotong kenangan indah bersamamu, mampu mencerahkan setiap langkahku.

Sahabat….
Sepucuk Surat yang engkau baca ini, ku ketik dengan hati yang bergetar. Setiap untaian katanya adalah kuntum – kuntum rinduku padamu. aku menulisnya dengan perasaan yang sama saat kita megucapkan janji – janji suci, bahwa kita akan bertemu kembali di tempat terindahNya, syurga firdaus. Kini, saat kita tak bersama lagi. Hanya janji suci itulah yang menguatkan aku, mengiringi langkahku dalam merangkai cita –cita.

Sahabatku,
Semenjak kita dekat, aku telah mengenal banyak orang, bertemu bermacam rupa manusia. Namun, tak kutemukan satupun perasaan yang sama saat bersamamu. Ada kehangatan jiwa yang ku rasakan, saat kita menertawakan kebodohan kita sendiri, kau telah mengajari aku bagaimana cara agar kita tetap tersenyum, meski takdir terasa pahit.

Sahabatku…
Ku harap engkau selalu dalam kebaikan, jagalah selalu shalatmu, tilawahmu, serta lisanmu. Sehingga para malaikat menyaksikan engkau sebagai hambaNya yang sempurna dalam keimanan. Sahabatku, ku harap pula agar engkau selalu menjaga akhlakmu di manapun engkau berada, serta kepada siapapun, kepada orang yang muda ataupun tua, bahkan kepada orang – orang yang membencimu sekalipun.
Begitu juga diriku, ku mohon agar engkau selalu mendoakanku. Agar kita bisa menjadi pribadi yang menawan karena akhlak dan ilmu.

Sahabatku..
Seterjal apapun perjalanan yang kau tempuh, sepahit apapun kisah yang kau rasa. Ku mohon padamu, janganlah pernah berpaling dari cahayaNya. Yakinlah, bahwa engkau tak pernah sendiri, Allah dengan segala kemurahanNya akan selalu membimbingmu, asal dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat padaNya. 

Sahabatku yang hatinya selalu terpancar cahaya Illahi, selalu ada ruang dihatiku untukmu, karena kau telah terlebih dahulu membesarkan hatiku. Dan aku berharap semoga kita bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeda, namun masih ada cinta di sana.

Sahabatku, yang karena Allah aku merindukanmu.
Inilah surat cinta yang ku tulis untukmu, ku ketik dengan hati yang ikhlas, dengan jiwa yang basah. Semoga setelah engkau membacanya, semakin terjalinlah rasa persahabatan kita. Dan semakin semangat pula ikhtiar kita menuju jalanNya. Semoga Allah menghimpun kita di taman – taman surganya, seperti janji suci yang telah kita ikrarkan.

Suatu episode kehidupan yang Allah goreskan untuk kita begitu indahnya hingga tak kan pernah cukup aku bersyukur pertemuan kita saat mengumpulkan serpihan mimpi sungguh ku temukan cinta disana. Kau genggam erat tanganku saat ku mulai jatuh tak kau inginkan sedikit pun aku terluka senyummu sejukkan hati,sembuhkan duka nasihatmu kuatkan diri ini selalu katamu..."jangan bersedih, Allah selalu bersama kita." betapa indah ikatan kita, sahabat. Saat hanya Allah yang menjadi sandaran hati Muhammad kita jadikan teladan sejati
iman terpatri kuat dalam diri
bahkan malaikat pun iri. . .



Terima kasih sahabat dirimu yang akan aku temui suatu hari nanti, Insya Allah......

Rabu, 25 Oktober 2017

Mayoritas Yang Jujur Menuju Demokrasi Indonesia, Bisakah ?

11.19 0 Comments

Di Indonesia Ephoria demokrasi masih terus berproses, banyak ditemukan berbagai masalah berlangsungkan proses itu. Masalah sukuisme, rasisme, agama, primordialisme, nepotisme, mayoritas dll. Ada pameo bahwa Presiden Indonesia adalah orang Jawa, Islam, dan Laki-laki, munculnya Habibie dan Mega adalah sebuah kasus Accident Politik. Mengapa pameo itu ada dan tetap bertahan hingga kini? Jawabnya ini semua karena resiko demokrasi yaitu suara terbanyak akan menang, nah ini dia yang jadi persoalan.. Mayoritas di negara kita anda tahu sendiri kan, siapa ? suku apa ? agama apa ? jenis kelamin apa ? bahkan Indonesia bagian mana ? 
Mayoritas dari jenis kelamin ternyata masih menjadi sesuatu yang aneh di sini karena sebagian besar umat yang mayoritas ini adalah perempuan yang beragama Islam, dimana setiap individu perempuan disini mengutamakan dogma agama yang sangat jelas tertulis dalam Al-Qur’an, dilain pihak demokrasi yang diarusutamakan adalah perempuan dengan target 30 % di DPR ini paradoks. Maka kepada seluruh rakyat Indonesia mohon aspek mayoritas yang ini tidak lagi menjadi pendukung utama dalam planning anda mendapat kursi di DPR/DPRD juga kursi lainnya wali kota,Bupati, Gubernur dan Presiden yang anda incar itu, bisa meleset dan streees. Anggap saja mereka massa mengambang yang memiliki kecenderungan memilih lelaki sebagai pemimpinnya. Mari kita lihat dan cermati bagaimana Husin Obama memenangkan pemilu Presiden AS yang sangat fenomenal, Dari segi suku, kulit hitam bukan mayoritas dibanding kulit putih, dari segi Agama dia Roma Khatolik bukan mayoritas dibanding Kristen Protestan, dari jenis kelamin diapun bukan mayoritas. Lalu mengapa Obama menang? Karena adanya mayoritas yang jujur atas keunggulan program-programnya untuk perubahan AS kedepan. Bagaimana kita sebagai pemilih yang pernah jadi teman Obama di Indonesia, mampukah kita menjadi mayoritas yang jujur yang menilai program lawan dan kawan tanpa sukuisme, tanpa nepotisme,tanpa padang agama, tanpa pandang jenis kelamin dan tanpa faktor mayoritas lainnya? Bagaimana anda Yang Terhormat Calon Ekskutif dan calon legislatif dan calon apapun yang akan dipilih, mampukah anda buat issue-issue dan program-program yang pro rakyat, sehingga mereka melupakan mayoritasnya. Bagamana anda yang berasal dari mayoritas yang ada, siapkah anda kalah jika tidak terpilih, karena mayioritas yang anda klaim telah jujur semua ? Yang perlu jadi catatan kita semua, hati-hati adanya mayoritas siluman yang terlahir arena Uang.